Suatu ketika seorang pengrajin batu berjalan digunung yang sangat gersang dan melihat seonggok batu dengan warna coklat kusam yang telah diselimuti lumut dan nampak luarnya relatif lapuk.
Kemudian dengan sekuat tenaga sang pengrajin itu mengayunkan godamnya mengenai batu hingga mendapatkan bongkahan batu sebesar kepala, dan mulai terlihat warna asli dari batu tersebut adalah putih.
Dibawanya batu itu kerumahnya, dipotongyna dengan menggunakan gerindra atau alat pemotong batu,hingga percilkan api dari gesekan dari batu itu sesekali terlihat. Dihaluskannya permukaan yang kasar dari batu tersebut dan dipoles.
Siang dan malam, ia berusaha membuat sebentuk batu penghias cincin, dari warna batu yang putih dan kasar, berangsur-angsur menjadi putih, licin dan mengkilap. Pengrajin tersebut tahu betul kesempurnaan bentuk sebuah batupenghias cincin, akhirnya terciptalah sebuah batu yang bernilai.
Renungan:
Sebenarnya alam meberikan berbagai pelajaran buat kita. Kita adalah sebongkah batu, kondisi berlumut, lapuk dan rapuh adalah kondisi kita yagn tidak mampu melawan cobaan. Pukulan godam, gesekan gerindra, percikan api, polesan amplas,adalah gambaran dari cobaan yang datang untuk menempa kita.
Terkadang kita menolak cobaan yang datang, tetapi cobaan tersebut adalah sarana yang datang dari Sang pencipta untuk membentuk kepribadian kita, sehingga kita bisa terlihat bersinar.
Sekarang mari kita pikirkan, Dimanakah posisi kita? Apakah kita seonggok batu yang sedang mengalami proses menjadi sebuah batu penghias cincin yang memiliki nilai yang mahal?
Kata Bijak Hari Ini:
kebahagiaan tertinggi dalam kehidupan adalah kepastian bahwa anda dicintai seperti apa adanya, atau lebih tepatnya dicintai walaupun anda seperti diri anda adanya. (Victor Hugo)
Categories:
Cerita Bijak dan Cerita Unik